GLOBAL WARMING
Pemanasan global atau Global Warming adalah
adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu
rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1]
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya
30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak
setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim
yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario
berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus
pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan
akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil.Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan.
Apakah Penyebab Pemanasan Global?
Pemanasan
global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di
seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan
industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas
manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari:
Konsumsi
energi bahan bakar fosil. Sektor
industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan sektor
transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari
total konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan
10% dari total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas
rumah kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.
Indonesia
termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang, India
dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya
penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun
dalam perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak
sebesar penggunaan energi per orang di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim,
USA mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar
penduduk, Cina mengemisikan 3 ton
CO2/orang per tahun dengan jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India
mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan jumlah 1 milyar penduduk.
Dengan
demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini
berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan
penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang
berasal dari bahan bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang
mengemisikan sejumlah gas rumah kaca, karena akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah.
Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi
kota-kota di Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun
1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8
kg/hari dan pada tahun 2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak
jumlah penduduk terus meningkat sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah
yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan
jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun.
Dengan demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial,
mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan
hutan. Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang
merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen
(O2). Saat ini di Indonesia diketahui
telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah.
Laju kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch
Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan
oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan
menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya
perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh
pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan
kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida
tidak dapat optimal. Hal ini akan
mempercepat terjadinya pemanasan global.
Menurut data
dari Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang dilepaskan oleh
sektor kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai 64 % dari total emisi CO2 Indonesia yang mencapai
748,61 kiloTon. Pada tahun 1994 terjadi peningkatan emisi karbon menjadi 74%.
Pertanian dan
peternakan. Sektor ini memberikan
kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang
tergenang yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek
pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian,
serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan
yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor pertanian dan peternakan
menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas rumah kaca yang
diemisikan ke atmosfer.
Contoh penyebabnya
1. Polusi Karbondioksida dari pembangkit
listrik bahan bakar fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat
pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya
pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari
polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika Serikat.
Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan
energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak
dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
2. Polusi Karbondioksida dari pembakaran
bensin untuk transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal
dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya
fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat
seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua
peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
3. Gas Metana dari peternakan dan pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah
karbondioksida yang menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat
bersal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan
oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat terjadi pada usus hewan
ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan
peningkatan produksi gas metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi.
4. Aktivitas penebangan pohon
Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai
bahan baku membuat jumlah pohon kita makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai
tempat pohon kita tumbuh semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan
perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat penting sebagai
paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida
yang terlepas di atmosfer bumi.
5. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20,
penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk
kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida
sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah
pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air
minum kita.
Dampak Negatif Global Warming
1. Penyebaran Penyaki
Seperti yang terdapat pada
negara-negara bagian utara yang cenderung beriklim hangat , yang menyababkan
pergerakan serangga berpindah keutara , yang kebanyakan membawa wabah serta
penyakit. Dalam hal ini para ilmuwan percaya telah terjadi di beberapa negara,
yang pasti berkat pemanasan global , wabah malaria belum sepenuhnya teratasi.
2. Hangatnya suhu
perairan dan lebih sering terjadinya badai
Seiring meningkatnya suhu permukaan lautan , sehingga semakin meningkatkan
frekwensi serta kekuatan badai yang mungkin terjadi, kami melihatnya pada tahun
2004 dan 2005.
3. Meningkatkan
intensitas serta probabilitas kekeringan serta gelombang panas
Hampir sebagian besar wilayah di
bumi ini semakin basah seiring meningkatnya pemanasan global ini, akan tetapi
diwilayah lainnya lebih menderita kekeringan karena kelebihan menerima
gelombang panas. Dataran Afika yang paling parah dari semua ini dan beberapa
kawasan eropa yang mulai mengering. Air adalah merupakan salah satu komoditas
yang sangat penting dan langka di Afrika, Menurut panel antar pemerintahan di
sana mengenai perubahan iklim, Pemanasan global ini cenderung memperburuk
kondisi dan bisa menyebakan beberapa konflik bahkan perang.
4. Konsekwensi ekonomi
Kebanyakan efek pemanasan global secara Anthropogenik tidak menimbulkan efek
yang lebih baik .seperti beberapa efek yang bisa kami katakan dibawah ini telah
menimpa beberapa negara yang ada dibeberapa belahan dunia beberapa diantaranya
mengenai konsekwensi ekonomi. Badai yang datang selalu menimbulkan kerusakan
yang harus ditebus dengan triliunan dolar untuk perbaikan , biaya yang
bdekeluarkan untuk perawatan kesehatan serta penyembuahn berbagai penyaki yang
ditimbulkan serta berbagai efek samping konflik yang ada telah memperburuk
semuanya.
5. Mencairnya lapisan
es di kedua kutub
Pertama, hal ini akan meningkatkan permukaan air laut, Terdapat lebih dari
5.773.000 mil kubik air didalam permukaan es, gletser, dan salju abadi. Menurut
pusat data salju dan es nasional, apabila semua Gletser mencair sekarang maka
permukaan air laut akan meningkat sekitar 230 kaki . Untungnya ,semuanya tidak
terjadi sekaligus dalam suatu waktu , akan tetapi permukaan air laut akan
semakin tinggi dan maningkat.
Kedua,Mencairnya permukaan es dikutub akan membuat ekosistem
dunia akan menjadi tidak seimbang. permukaan ese akan menghasilkan air bersih
dan segar, dan pada saat mencair akan mengurangi kadar garam dilautan, kata
orang inggris-membuat air laut menjadi kurang asin.pengurangan kadar garam pada
arus teluk akan mengacaukan arus laut yang ada, yang akan mengatur suhu.
Berhentinya arus atau ketidak teraturan yang ada bisa mendinginkan daerah
sekitar timur laut Amerika dan bagian barat benua Eropa. Untungnya, kondisi ini
berlangsung sangatlah lambat sebagai efek pemanasan global di area tersebut.
Ketiga, peningkatan temperatur dan perubahan lingkungan
dilingkaran kutub utara akan sangat membahayakan beberapa jenis binatang. hanya
yang paling bisa beradaptasi akan tetap bertahan.
Keempat, Pemanasan global akan berefek mencairnya lapisan es di
kedua kutub yang semakin lama akan semakin menghilang. Efeknya permukaan ese
yang putih itu selama ini telah memantulkan cahaya matahari dengan jumlah yang
sangat banyak dipantulkan kembali keangkasa , untuk menjaga suhu bumi agar
tetap dingin. Apabila lapisan es mencair , hanya permukaan lautlah yang masih
tersisa untuk memantulkan sinar matahari.Warna lebih gelap akan semakin
menyerap sinar matahari, yang tentunya akan semakin menghangatkan suhu bumi
kita.
6. Lebih banyak Banjir
Banjir adalah salah satu bencana alam yang paling berbahaya bagi pemukiman
manusia dan salah satu yang sangat potensial diakibatkan oleh pamanasan global
. Sebagai efek samping dari perubahan iklim , sebuah pemanasan pada permukaan
air laut yang menciptakan sebuah ekspansi thermal . Yang membuat air laut
menjadi lebih hangat sehingga mengambil ruang labih banyak dibanding air dingin
, yang mangakibatkan meningkatnya permukaan air laut. Ekspansi thermal telah
mengakibatkan peningkatan permukaan air laut sekitar 4 sampai 8 inci (10 sampai
20 cm ), menurut data National Geographic.
7. Kebakaran hutan
yang lebih sering terjadi
Sebagai planet yang
semakin memanas , Pada daerah-daerah yang kering semakin rentan akan bahaya
kebakaran bahkan lebih sering terkena resiko kebakaran yang semakin destruktif.
pada tahun 2007, lebih dari 3000 kasus kebakaran hutan yang menyumbang
kerusakan wilayah tenggara Eropa yang diakibatkan musim panas berkepanjangan
sehingga tercipka kondisi yang cukup gersang dan kering sebuah situasi yang
seharusnya normal sebagai efek dari rumah kaca.
8. Badai yang lebih mengganas
dengan daya rusak semakin tinggi
Suhu permukaan air lau yang menjadi kunci terbentuknya formasi badai, yang
merupakan salah satu konsekwensi dari pemanasan global yang pasti mencakup
pembentukan topan sedta badai yang lebih besar dan dasyat serta frekwensi yang
lebih sering diatas permukaan laut.
9. Kematian yang
dikarenakan asap
Sebuah kombinasi yang sangat kuat antara asap knalpot kendaraan , tingkat ozon
rendah , polusi udara akibat industri serta berbagai udara panas yang terjebak
lainnya yang turut menyumbang terbentuknya gelombang panas. Asap merupakan
ancaman kesehatan yang dapat menimbulkan gangngguan kesehatan yang cukup kronis
untuk mereka yang tinggal dilingkungan perkotaan.
10. Ancaman gelombang
Tsunami
Meski pemanasan global tidak secara langsung menumbulkan dampak gelombang
tsunami , hal ini dapat menyebabkan berbagai kejadian yang diakibatkan dengan
semakin meningkatnya permukaan planet ini . Salah satu contoh melelehnya
lapisan es yang ada dikutub. menjadi sangat berat , gletser yang besar akan
menimbulkan tekanan yang sangat besar pada permukaan bumi dibawahnya . Dengan
berkurangnya lapisan gletser ini akan menimbulkan aktifitas vulkanik semakin
meningkat serta gerakan tektonik yang kemungkinan sebagai penyebab gempa bumi ,
yang keduanya bisa menyebabkan tsunami.
11. Datangnya arus
Dingin
Datangnya sebuah arus Dingin ditandai dengan penurunan suhu secara mendadak
dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Yang pasti kalau hal ini sempat terjadi akan
menjadi sesuatu yang sangat mengejutkan baik dalam dunia vegetasi maupun dunia
bisnis komersial, bahkan bisa menimbulkan kematian pada hewan serta manusia
melalui kecelakaan, Hipotermia dan kelaparan. Rusaknya beberapa jaringan
pemipaan serta berbagai properti yang tentunya akan menimbulkan kerugian
material yang tidak sedikit, bahkan apaboila tiba-tiba turun hujan salju
disertai gelombang udara dingin yang tentunya akan sangat mengganggu sistim
transportasi yang akan berpengaruh pada distribusi makanan, air serta
perlengkapan medis.
12. Meningkatnya
aktifitas Vulkanik
Sebagaimana yang telah tercatat , melelehnya proses
Glasitasi dapat memicu episode baru yaitu semakin tinggi frekwensi serta
tingkat bahaya aktifitas vulkanik gunung berapi. Pergeseran tekanan yang selama
ini diimbangi lembaran es yang ada di kutub, tentunya akan merubah formasi
tekanan yang ada dibawah permukaan lapisan es yang sangat tebal dan besar, akan
berakibat bergejolaknya permukaan bumi bagian bawah seperti yang terjadi pada
Icelandia , terjadinya erupsi beberapa daerah, dimana magma telah mencapai permukaan
tetapi ditempat yang tidak biasanya yang merupakan titik diantara dua gunung
berapi aktif. Dengan kekuatan yang dahsyat serta berkelanjutan dari sebuah
aktifitas Vulkanik akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kehidupan
manusia bahkan apabila tiba-tiba terjadi dipusat keramaian yang padat penduduk.
hai ini juga memiliki potensial untuk merubah iklim planet kita dengan
menghembutkan beberapa ton gas yang akan bercampur dengan udara dibawah lapisan
atmosfer kita yang tentunya akan bertahan dalam kurun waktu beberapa minggu.
Dampak positif global warming
Saat ini bumi kita jadi lebih hangat, sayangnya hangat disini tidak berarti nyaman tetapi bisa dikatakan sangat berbahaya. Suhu bumi yang naik ini telah menyebabkan terganggunya keseimbangan dan ekosistem yang ada di bumi ini. Karena bumi kita ini punya keseimbangan alam maka setiap 0,1 derajat celcius saja bisa bikin sebagian alam ini jadi rusak. Karena itu bumi ini sedang ngalami Pemanasan Global atau Global Warming. Tentunya kita sudah tidak asing lagi kan sama yang namanya Global Warming. Sebenarnya apa sih penyebab Global Warming itu sendiri??....
Global Warming adalah keadaan naiknya suhu bumi akibat gas-gas efek rumah kaca yang berbahaya. Tapi apa sih sebenarnya efek rumah kaca itu sendiri?? Yang dimaksud efek rumah kaca disini yaitu kemampuan bumi untuk memantulkan kembali gas-gas yang perlu diserap oleh bumi.Namun saat ini gas-gas yang dipantulkan kembali ke bumi banyak yang merupakan gas-gas yang berbahaya seperti gas sisa pembuangan Freon dan gas sisa pembakaran batu bara.Yang jelas efek dari Global Warming sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi ini.
Pernah nonton film The Day After Tomorrow gak? Nah itu gambaran akibat Global Warming. Akibat dari Global Warming itu sendiri yaitu mencairnya es abadi yang ada di kutub yang dapat menyebabkan rusaknya ekosistem kutub dan naiknya permukaan air laut. Selain itu dapat diprediksikan bahwa pada tahun 2050 kita akan sulit menemukan air besih maupun udara yang bersih. Tentunya kita tidak mau kan kalau anak cucu kita mengalami krisis air dan udara bersih. Kekeringan juga akan terjadi yang juga berarti kelaparan mewabah. Begitu mengkhawatirkannya keadaan bumi saat ini, karena itu kita harus mulai peduli dengan bumi kita karena kitalah yang memegang peran penting tuk menyelamatkan kelangsungan hidup bumi.
Mulai sekarang kita harus sadar tuk menjaga kelestarian lingkungan ini yaitu bisa dengan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi pemakaian plastic dan menggantinya denga memakai barang-barang recycle, menghemat air, tanam seribu pohon, dan tentunya kita musti mengajak teman-teman kita tuk mulai bertindak hijau karena saat ini nasib bumi kita ada dalam genggaman kita.
Eit.....Tpi nggak selamanya Global Warming memiliki dampak negatif Lho!!
Kenapa?
Karena adanya Global Warming secara tidak langsung seluruh anggota dunia telah melaksanakan perdamaian dunia dan memperkuat tali persaudaraan satu sama lain.
Kita (seluruh dunia) yang sudah tahu betul dampak negatif dari pemanasan global bagi bumi ini, memiliki rasa takut yang sama. Kita juga punya kekhawatiran yang sama akan nasib anak cucu kita. Kesamaan nasib inilah yang mendorong kita untuk, bersama-sama melangkahkan kaki untuk visi dan misi yang sama yaitu menyelamatkan bumi tercinta ini.
Akhir tahun lalu seluruh perwakilan negara-negara melakukan pertemuan besar di Bali untuk membicarakan penanggulangan masalah ini. Satu sama lain kita saling bertukar pikiran berbagai macam cara agar pemanasan global ini tidak terus berlanjut.
Global warming telah merubah iklim dan arah bertiupnya angin musiman memiliki dampak yang kompleks pada negara yang bergantung pada hasil tani dan hasil laut. Hal ini juga menjadi pembicaraan pada pertemuan yang dilaksanakan di Bali. Seluruh anggotanya berunding untuk memecahkan masalah ini.
Tampak dari penjelasan di atas, dengan adanya masalah ini, kita semua merasa senasib dan sepenanggungan. Bahkan keharmonisan ini tak sampai disini saja, setelah konferensi tersebut berlangsung semuanya sepakat akan membentuk lembaga dunia yang menghimbau, melaksanakan, serta menghimpun dana penghijauan, karena penghijauan di lahan-lahan tandus mempunyai dampak penanggulangan yang cukup besar.
Solusi Mengatasi Global Warming
1. Berhenti Atau Kurangilah Makan Daging !
Dalam laporannya yang berjudul Livestock’s Long Shadow : Environmental Issues and Options (dirilis November 2006), PBB mencatat bahwa 18% dari pemanasan global yang terjadi saat ini disumbangkan oleh industri peternakan, yang mana lebih besar daripada efek pemanasan global yang dihasilkan oleh seluruh alat transportasi dunia digabungkan ! PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 yang dihasilkan, padahal selain sebagai kontributor CO2 yang hebat, industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan sumber-sumber air bersih.
Sebuah laporan dari Earth Institute menegaskan bahwa diet berbasis tanaman hanya membutuhkan 25% energi yang dibutuhkan oleh diet yang berbasis daging. Penelitian yang dilakukan Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago juga memberikan kesimpulan yang sama : mengganti pola makan daging dengan pola makan vegetarian 50% lebih efektif untuk mencegah pemanasan global daripada mengganti sebuah mobil SUV dengan mobil hibrida. Seorang vegetarian dengan standar diet orang Amerika akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap tahunnya ! Seorang vegetarian yang mengendarai SUV Hummer masih lebih bersahabat dengan lingkungan daripada seorang pemakan daging yang mengendarai sepeda !.
2. Batasilah Emisi Karbondioksida !
Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan bakar fosil (yang mana akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien. Hal ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk pembangkit listriknya. Matikanlah peralatan listrik ketika tidak digunakan, gunakanlah lampu hemat energi, dan gunakanlah panel surya sebagai energi alternatif.
3. Tanamlah Lebih Banyak Pohon !
Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh generasi mendatang. Jika tidak, maka karbon yang sudah tersimpan dalam tanaman akan kembali terlepas ke udara sebagai CO2.
Peneliti dari Louisiana Tech University menemukan bahwa setiap acre pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari mengendarai mobil selama setahun. Sebuah studi yang dilakukan oleh layanan perhutanan di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa penanaman 95.000 pohon yang dlakukan di dua kota kecil di Chicago memberikan udara yang lebih bersih dan menghemat biaya yang berhubungan dengan pemanasan dan pendinginan udara sebesar lebih dari US$ 38 juta dalam 30 tahun ke depan.
4. Daur Ulang (Recycle) dan Gunakan Ulang (Reuse)
Kalkulasi yang dilakukan di California menunjukkan bahwa apabila proses daur ulang dapat diterapkan hingga di level negara bagian California, maka energi yang dihemat cukup untuk suplai energi bagi 1,4 juta rumah, mengurangi 27.047 ton polusi air, menyelamatkan 14 juta pohon, dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setera dengan 3,8 juta mobil !
5. Gunakan Alat Transportasi Alternatif Untuk Mengurangi Emisi Karbon
Penelitian yang dilakukan Universitas Chicago menunjukkan bahwa beralih dari mobil konvensional ke mobil hibrida seperti Toyota Prius dapat menghemat 1 ton emisi per tahun.
Mengkonsumsi makanan produk lokal akan mengurangi emisi dalam jumlah yang cukup signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Iowa State University pada tahun 2003 menemukan bahwa makanan non-lokal rata-rata menempuh 1.494 mil sebelum dikonsumsi, bandingkan dengan makanan lokal yang hanya menempuh 56 mil. Bayangkan betapa banyak emisi karbon yang dihemat dengan perbedaan 1.438 mil tersebut !
Gunakan sepeda sebanyak yang kita bisa sebagai metode transportasi. Selain menghemat banyak energi, bersepeda juga merupakan olahraga yang menyehatkan.
“Saya berusaha untuk menggunakan sepeda untuk pergi ke tempat kerja sesering yang saya bisa untuk menghemat energi” – Margot Wallstrom, Wakil Presiden dari Komisi Uni Eropa.
Berubahlah !
Satu hal yang sangat penting di samping lima hal yang dapat kita lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi kita sendiri untuk berubah.
Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal itu terlalu berat bagi kita. Lakukanlah secara bertahap tapi konsisten dengan komitmen kita.
Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. Contoh dan praktek yang kita berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah informasi kepada orang-orang di sekitar kita sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Dan berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.